Keris adalah senjata tikam golongan belati berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatra, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
Seni Menempa Keris
Kemampuan para leluhur untuk menempa besi dan tembaga memang harus diacungi jempol. Mungkin saat ini sudah semakin modern peralatan yang digunakan untuk membuat sebilah keris, tetapi pada masa nenek moyang kita dulu, mereka mampu menempa besi begitu indah dengan keterbatasan peralatan yang ada.
Seni menempa besi dan pengolahannya telah dikenal nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Dalam relief Candi Sukuh yang didirikan tahun 1437 proses penempaan berbagai peralatan termasuk keris sudah ada.
Candi Sukuh merupakan candi yang terletak di Karanganyar, Jawa Tengah, tepatnya di lereng Gunung Lawu, diperkirakan sudah ada sejak abad ke-15 masehi di zaman Majapahit.
Bahkan ada yang mengklaim bahwa usia candi ini lebih tua dari semua candi di dunia dan sudah ada sebelum zaman Majapahit lalu dimodifikasi pada zaman tersebut. Seni tempa besi saat ini masih lestari dan masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita.
Nilai dan Seni Keris
Aspek kesenirupaan dalam keris amat penting dan melekat erat pada masyarakat pecintanya. Keris termasuk benda yang memiliki nilai aspek sejarah, seni, sosial, tradisi, teknik, filosofi dan mistik.
Karena kalau dicermati secara mendalam, sebilah keris memiliki keindahan yang berenergi tetapi juga melahirkan interpelasi dan daya tarik dengan cinta rasa seni yang tinggi, penuh keindahan dan bagian penting dari kehidupan masyarakat nusantara. Sehingga kalau dilihat dari bentuk keris dari setiap daerah akan memiliki ciri dan karakter tersendiri.
Di kalangan pekeris secara umum ada beberapa karakter yang membedakan keris yang satu dengan lainnya kalau dilihat dari dhapur, pamor, warangka, pendhok, deder, mendhok dan tangguhnya.
UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia. Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Maka pada tanggal 25 November 2015, UNESCO memberi penghargaan keris Indonesia sebagai warisan budaya non bendawi.
Memelihara dan ikut melestarikan peninggalan pusaka leluhur bangsa ini perlu diteruskan kepada generasi muda supaya tetap ada sebagai kekayaan budaya bangsa yang tidak terlupakan di tengah-tengah kemajuan teknologi dan informasi saat ini.
Edukasi Referensi: Nilai dan Seni Keris