Pendidikan merupakan salah satu komponen yang strategis dalam pembangunan nasional. Meskipun demikian, pendidikan tidak luput dari berbagai masalah seperti keterbatasan pemahaman masyarakat akan arti pentingnya pendidikan bagi anaknya, masalah kesehatan, dan gizi keluarga yang dapat berpengaruh terhadap intelegensi dan prestasi belajar siswa.
Untuk itu, untuk mendukung upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) kepada siswa sekolah dasar, khususnya pada desa-desa tertinggal.
Pembinaan Anak Usia Sekolah
Pembinaan anak usia sekolah dilaksanakan melalui peningkatan mutu gizi, pembinaan perilaku kehidupan beragama dan perilaku terpuji; penanaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian, pertumbuhan minat baca, menulis berhitung dan belajar; peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa daya kreasi, penumbuhan kesadaran akan hidup sehat dan hidup bermasyarakat serta peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dengan pola asuh makanan anak, dan tingkat pengetahuan ibu dengan praktek pemberian makanan anak, serta praktek pemberian makan dengan kesulitan makan anak.
Munculnya gejala kekurangan gairah belajar di kalangan siswa disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan gizi atau mereka masih banyak berpegang pada tradisi yang salah.
Lebih lanjut bahwa ada kebudayaan yang salah dalam pembinaan anak yaitu satu dari lima rumah tangga di desa masih memprioritaskan pemberian makanan untuk orang tuanya, sisanya baru diberikan kepada anaknya.
Budaya lain yang salah ditemukan adalah anak-anak tidak boleh makan ikan, menyatakan bahwa air rebus daging tidak boleh diberikan kepada anak, anak-anak tidak boleh makan parutan kelapa, colostrum (asi yang keluar pertama kali) tidak boleh diberikan kepada bayi, ibu yang menyusui tidak boleh makan ikan, ibu yang menyusui tidak boleh makan sayuran bersantan, menyatakan sakit panas tidak boleh disuntik, anak yang sakit mencret tidak boleh diberikan makanan sebelum mencretnya berhenti.
Dewasa ini masih banyak anggota masyarakat yang kekurangan gizi; padahal kekurangan iodium (zat gizi) baik anak maupun dewasa akan menyebabkan mentalnya rendah, tidak bergairah, sulit dididik dan sulit dimotivasi yang semuanya mengakibtkan prestasi belajar dan produktivitas kerja yang rendah.
Selanjutnya, juga ditemukan adanya kebiasaan jajan yang salah bagi anak sekolah, yaitu anak sekolah memiliki kebiasaan jajan. Untuk mencari jalan pemecahan kebiasaan seperti ini, maka melalui program makanan sekolah yang dikelola oleh pengasuh warung sekolah.
Hasilnya menunjukkan bahwa layanan makanan jajan melalui kantin sekolah yang dikelola baik dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memotivasi dan memperbaiki kesadaran gizi masyarakat. Untuk itu jajan yang disediakan di kantin sekolah hendaknya makanan yang cukup mengandung kalori, aman, sehat dan murah dengan melibatkan guru, orang tua, dan kader PKK setempat .
Pembinaan anak secara dini merupakan langkah untuk mencegah kenakalan remaja. Penanganan anak nakal harus melibatkan berbagai pihak baik sekolah maupun masyarakat sekitar dengan menciptakan suasana lingkungan yang positif, penuh kekeluargaan dan kasih sayang, perhatian, pengawasan dan bimbingan. Hanya dengan intervensi secara menyeluruh anak-anak ini dapat dikendalikan.
Ada perbedaan pola pengasuhan yang diberikan kepada anak. Ayah cenderung mengasuh anaknya mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan cara-cara baru seperti dalam membangunkan anak dengan menggunakan musik, menyediakan media seperti buku-buku bacaan, bercerita menjelang tidur, jadwal tidur yang telah dicanangkan tetapi fleksibel, dsb.
Pengasuhan yang dilakukan oleh seorang bibi cenderung lebih demokratis dan lebih modern. Sedangkan pengasuhan yang dilakukan oleh seorang nenek cenderung lebih tradisional dan memanjakan anak.
Menyimak beberapa pernyataan tersebut di atas, semakin jelas pentingnya penanganan anak sedini mungkin mulai dari pemberian makanan bergizi, masalah kesehatan anak, dan pendidikannya baik di sekolah maupun di luar sekolah dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan produktifitas kerja mereka.
Edukasi Referensi: Pembinaan Anak Usia Sekolah